Memaksimalkan Proses Belajar di Rumah

 Suatu ketika, saat mengobrol dengan tetangga saat kami sedang menyetor sampah kering di Bank sampah, ada seorang ibu yang bercerita, anaknya sudah tak sempat mengaji karena mengikuti banyaknya les baik di sekolah  maupun les tambahan di luar sekolah. Tidak semua sekolah seimbang dalam ilmu agama dan dunia, namun karena kedua anak saya masih balita, saya ingin mengawali proses pendidikan mereka dengan pengenalan pada Al-Qur'an sedini mungkin.

Di Komplek perumahan tempat saya tinggal berdiri TPQ dengan metode Qiroati. Jadwal mengaji hari Senin hingga Jumat sehabis Ashar. Saat bulan Ramadhan, TPQ libur karena diganti pengajian Ramadhan untuk anak-anak. Saat awal kepindahan kami ke sini pada awal tahun 2014, Isya belum mau ikut mengaji di TPQ, Baru pada bulan Ramadhan ia mau mengaji TPQ. Tapi karena di Wonosobo sore hari sering hujan, kadang Isya tidak masuk dan lama kelamaan malas berangkat ke TPQ.

Di sekolah, Isya mengikuti pelajaran tambahan. Sekolah menggunakan metode Yanbu'a, seminggu dua kali hari Selasa dan Jumat. Jadi meski tidak mau berangkat mengaji di TPQ, Isya mengikuti pelajaran tambahan Yanbu'a di sekolah. Selain pesantren, di daerah kami TPQ juga berkembang pesat. Meski begitu, saya sering mendengar curhat beberapa ibu wali murid yang mengeluhkan anaknya, ada yang maunya mengaji di rumah, ada yang maunya mengaji di TPQ tapi tidak mau mengaji di rumah, ada pula yang belum mau mengaji dimanapun, baik di TPQ, di sekoah maupun di rumah. Usia balita seumuran Isya memang masih usia bermain, sehingga para orang tua harus memiliki taktik agar anak senang dan mau mengaji.

Karena Isya tidak mau mengaji di TPQ namun mau mengaji di rumah maka impian saya di tahun ini adalah memaksimalkan Proses Belajar di rumah. Saya ingin anak-anak melek baca Al-Qur'an sedini mungkin. Karena saya percaya, segalanya bisa dimulai dari rumah dan keluarga. Selain sebagai stimulasi juga untuk penyeimbang karena Isya dan Himda suka menonton film kartun di tivi. Selain itu, agar tidak sering menonton tivi, kami memakai VCD, membelikan Isya dan Himda kaset-kaset sholawat, belajar mengaji, dan doa-doa harian yang mudah dihafalkan anak. Lagu belajar huruf Hijaiyah dari Wafiq Azizah ini sangat bagus dan mudah dihafalkan. Selain itu Wafiq juga fasih melafalkan tiap hurufnya. Alhamdulillah Isya dan Himda sudah hafal meski ada beberapa huruf yang belum fasih.


Anak-anak sangat suka menyanyi. Sehingga metode pembelajaran untuk anak cocok dengan metode lagu. Selain belajar huruf hijaiyah dari Wafiq Azizah, Isya dan Himda suka sekali mendengar sholawat, beberapa sholawat yang mereka suka adalah sholawat dari Wafiq Azizah, Al Muqtashiddin, dan Ceng Zam-zam. Lagu sholatulloh dari Ceng zam-zam dan Rifa ini adalah favorite Himda. Kenapa sholawat?  Agar anak terbiasa bersholawat, mencintai Allah dan Rasulullah, dan juga memperhalus perasaan.

Sebuah impian pastinya dimiliki semua orang termasuk saya. Saya berharap anak-anak, Isya dan Himda bisa melek baca tulis Al-Qur'an sedini mungkin. Kini usia Isya 4,5 tahun, ia telah menyelesaikan Jilid 1 dan kini masuk Jilid 2. Jilid 2 sejumlah 43 halaman, idealnya kalau ia membaca 1 halaman per hari maka akan selesai selama 43 hari. Jumlah halaman tiap Jilid Kitab Yanbu'a bervarasi rata-rata 43 hingga 46 halaman. Jika tiap hari membaca perhalaman maka Jilid 2 sampai Jilid 6 bisa diselesaikan sekitar 225 hari. Jadi secara teori tahun 2015 ini Isya bisa menyelesaikan pelajaran baca tulis Al-Qur'an dengan Kitab Yanbu'a hingga Jilid 6. Namun, ternyata prakteknya seringkali menyimpang dari apa yang kami harapkan.

Seperti usia anak pada umumnya, Isya juga lebih suka bermain, ia suka metode menghafal dengan lagu, hanya mau mengaji dengan suka rela, tanpa paksaan, tanpa ancaman, tanpa bentakan. Meski hal itu sudah kami lakukan, tak jarang pada waktu mengaji ia sudah mengantuk, atau tengah sakit, atau dalam perjalanan, kita orang tuanya yang tidak fit, dan hal-hal lain yang membuat ia "libur" mengaji. Meski begitu, alhamdulillah seiring berjalannya waktu, ia makin menyadari bahwa dengan banyak mengaji ia akan lebih disayang Allah dan orang tuanya. Dengan segala kondisi, doakan ya semoga Isya bisa belajar baca tulis Al Qur'an semaksimal mungkin. Saya tidak mentarget akan dapat berapa jilid tahun ini, bagi kami yang penting anak-anak bisa istiqomah mengaji karena sebaik-baik manusia adalah yang belajar Al-Qur'an dan mengamalkannya.


 Isya saat ikut lomba hafalan surat-surat pendek

Selain belajar baca tulis Al-Qur'an, Isya dan Himda juga belajar hafalan surat-surat pendek. Himda karena usianya baru 2,5 tahun baru dalam tahap dibiasakan mendengar. Pada bulan Muharram lalu, Isya mengikuti lomba hafalan surat pendek di pesantren Al-Asyariyyah yang terletak di depan sekolahnya. Lomba ini adalah bagian dari acara Haflah Khotmil Qur'an yang merupakan agenda tahunan pesantren tersebut. Sebenarnya untuk usia TK kecil seperti Isya, semua anak mengikuti lomba mewarnai. Lomba hafalan untuk TK besar, namun ibu guru mengijinkan Isya ikut. Alhamdulillah Isya mau dan berani. Yang diujikan surat An-nas hingga Al-Qoriah. Isya kalah, meski begitu kami bersyukur ia mau dan berani tampil berkompetisi. Semoga tahun ini Ia bisa mengikutinya dan hasilnya lebih baik dari tahun lalu. Mohon doanya, semoga tahun ini hafalan Isya semakin banyak, semakin fasih dan semakin baik.

Agar impian saya tidak menjadi mimpi belaka, saya berusaha mewujudkannya dengan mengatur jadwal mengaji Isya. Kami menyepakati jam mengaji selepas shalat maghrib, Isya belajar mengaji Yanbu'a lalu diteruskan mengaji hafalan surat-surat pendek. Untuk murojaah (pengulangan) Isya mengikuti pelajaran tambahan mengaji di sekolah 2 kali seminggu. Di sekolah ia masih jilid 1. Selain itu memperdengar murotal dan sholawat serta sering berdiskusi banyak hal dengannya juga menjadi bagian dari proses belajar di rumah yang kami lakukan. Seiring bertambahnya umur ia makin kritis, pernah ia bertanya,"Dimana Allah?" atau " Apa planet Mars ikut hancur kalau kiamat?" Ia juga sering minta dibacakan terjemahan surat yang sedang ia hafal sekaligus kadang menanyakan isinya yang ini berarti saya harus ekstra belajar lebih banyak. Himda mengikuti kakaknya, biasanya kalau kakaknya mengaji ia akan ikut-ikutan sampai ketiduran. Setelah itu kami memperdengarkan murotal sebagai pengantar tidur mereka.

Mohon doanya ya mba Evrina dan teman-teman, semoga impian saya tahun ini bisa tercapai, Isya dan Himda bisa melek baca tulis Al-Qur'an dan memiliki hafalan Al-Qur'an sedini mungkin untuk bekal mereka nanti di dunia dan akhirat. Amin.

Postingan ini diikutsertakan dalam #evrinaspGiveaway: Wujudkan Impian Mu





Komentar

  1. Aamiin Allahumma aamiin. Semoga mimpinya segera terwujud dan diberi kemudahan. Anak sholeh adalah investasi masa depan.

    BalasHapus
  2. Anak adalah guru pembimbing ytang luar biasa - kalau ibarat skripsi. mereka selalu memiliki pertanyaan yang tak terbayang dan memberi kita kesempatan belajar lebih banyak. semoga impiannya terwujud mbak. Aamiinn

    BalasHapus
  3. ini juga menjadi harapan saya mbak, semoga anak-anak kita selalu dekat dengan Al Quran yaa

    BalasHapus
  4. aamiin bund, harapan semua orang tua punya anak sholih sholihah :)

    BalasHapus
  5. subhanallah, ayo semangat Isya dan Himda semoga impian bundanya tercapai aamiin, tante kalah nih sama kalian berdua, memang harus dibiasakan sejak kecil ya mak. terimakasih atas partisipasinya

    BalasHapus
  6. semoga impiannya terwujud mba...belajar alquran itu paling penting selain belajar yg lainnya..anak saya juga kadang ga mau ke mesjid tp saya motivasi terus dibantu juga di rumah sama saya...:)

    BalasHapus
  7. Duh, jaman sekarang ya, untuk lessegala macem diturutin. Giliran belajar mengaji aja gak dibelain :((

    BalasHapus
  8. Semoga impiannya terwujud ya Mbak.. pengen juga mendidik anak-anak saya seperti itu, tapi sayanya kayaknya yang kurang rajin :(

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer