Kado Terindah Dari Sahabat

Tahun 2000.
Saat itu kamar yang aku tempati di pondok sangat riuh, bayangin coba ada 60-70 anak sekamar. Semua belum saling mengenal. Ada yang masih ditunggui orang tuanya, ada yang masih cangguh, ada yang langsung ngerasa nyaman. Memang tiap anak punya motif berneda-beda untuk masuk pesantren. Blok I yang aku tempati berupa sebuah ruangan besar dengan lemari 2 tingkat yang berada disisi tembok. Masing-masing anak membawa kasur lipat, selimut dan bantal sebagai perlengkapan tidur. Disinilah kami makan, tidur, sholat, belajar, mengaji dan berkumpul bersama teman-teman tiap hari. Ada yang bertahan sampai lulus, ada pula yang tidak betah dan pindah ke sekolah lain. Sekali lagi, hidup di pondok memang beda.

Disinilah semua bermula, aku mengenalnya sebagai anak yang ramah dan periang. Kami biasa memanggilnya Aya. Ia tidak membawa kasur sehingga kami berbagi tempat tidur. Bapak ibu membawakanku kasur lipat tipis ukuran single bed yang aku pakai berdua dengannya. Meski tidak pernah sekelas, kami selalu bersama. Ia sering dijuluki dewa air karena mandinya suka lama. Budaya antri memang wajib di pondok, apalagi saat shubuh, terlalu lama di kamar mandi, maka bersiaplah di teror dari luar :)
 
Meski begitu, Aya tetap nyante. Ia memang anak yang easy going. Selalu ramah, ceria, dan periang. Kami bersahabat hingga lulus SMU. Setelah itu saya melanjutkan kuliah di Bandung, dan Aya pulang ke rumahnya di Jakarta. Di Jakarta, Aya bercerita ia sedang bekerja di sebuah toko. Kami sempat berkorespondensi (saat itu ponsel masih mihil), dan melalui jasa pengiriman, ia mengirimkan kado kaset Audy, meski saat itu bukan moment ulang tahun saya.Gak tau juga kenapa Audy, mungkin karena lagu-lagunya saat itu sedang booming dimana-mana.

Untuk seorang yang agak introvert seperti saya, memiliki sahabat seperti Aya membuat masa remaja menjadi sangat berarti. Sahabat adalah salah satu anugerah terindah, kisah yang tak terlupa, meski berbeda kelas, kami mengambil ekstra kurikuler yang sama, dan alhamdulillah saya masih menyimpan foto-foto saat kami study tour ke Borobudur, dan catatan di Diary saat SMU, yang mengingatkan betapa beruntungnya saya memiliki sahabat yang baik. Meski Aya ataupun saya punya teman-teman lain, kami tetap bersahabat sampai lulus. Hanya sampe lulus karena sampe saat ini kami belum berkomunikasi, ternyata dunia socmed belum mempertemukan kami kembali. Alamat yang ditulis Aya di buku kenangan sekolah sepertinya masih kurang lengkap. Semua suatu saat nanti Allah mempertemukan kita kembali ya, Aya.



Komentar

  1. Hai hai…

    Makasih banget yaa sudah ikutan Giveaway Kado Terindah. Semoga menang! :D

    Salam,
    Pungky

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer