SEHAT (SEHARUSNYA) MILIK SEMUA

Bocah itu tak mau lepas dari pangkuan ibunya. Sesekali menangis, ia menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya. Bocah itu bernama Ratna (8). Sejak 26 November 2013 lalu ia dirawat di RS. Rumah Sehat Terpadu (RST) Dompet Dhuafa, Bogor. Ia didiagnosis menderita gangguan gizi, Marasmus Kwashiorkor dan anemia.Ratna merupakan pasien gangguan gizi ke-14 yang ditangani oleh RST Dompet Dhuafa. Selama lebih dari 1 tahun berdiri, RST Dompet Dhuafa telah menangani 36 kasus pasien gangguan gizi. Sebanyak 14 pasien ditangani di rawat inap dan sisanya merupakan pasien rawat jalan

 Ratna didampingi ibunya. Gambar dari sini


Menurut Direktur Utama Dompet Dhuafa  Ahmad Juwaini, dalam Republika, pertumbuhan ekonomi yang tinggi belum berdampak pada menurunnya jumlah penduduk miskin di Indonesia. Alhasil, target pemerintah untuk mengurangi angka kemiskinan hingga delapan persen pada 2014 dirasa sulit direalisasikan. Jika menggunakan definisi Badan Pusat Statsitik (BPS), pada 2012, penduduk miskin sekitar 12,15 persen atau 29,13 juta jiwa. Sementara pada 2013 pada angka 11,23 persen. Prosentase ini setara dengan 27,48 juta penduduk. 
Jika menganut makna kemiskinan versi Bank Dunia, jumlah penduduk miskin di Indonesia pada 2013 mencapai 97,9 juta jiwa. Atau setara dengan 40 persen penduduk.
Menurutnya, yang bisa mengurangi angka kemiskinan adalah keterlibatan rakyat dalam kegiatan ekonomi. AC Nielsen mencatat ada 29 juta orang yang pendapatan per kapitanya di atas 3000 dolar per tahun pada 2010. 
Jumlah orang kaya itu setara dengan jumlah orang miskin yang ada. Jika satu orang kaya bisa memberdayakan satu orang miskin, maka angka kemiskinan di Indonesia bisa dipangkas dengan cukup cepat. Masalahnya adalah bagaimana cara memangkasnya?

Pada kenyataannya, yang kita jumpai di sekitar kita masih banyak kesenjangan antara si kaya dan si miskin. Selalu ada berita, tentang masyarakat yang hidup kurang layak, tidak bisa meneruskan pendidikan, gizi buruk, pengangguran, hingga berebut zakat berjam-jam lamanya hingga berdesakan, terinjak, bahkan ada yang meninggal. Ironis sekali, mengingat negeri ini di kenal dengan negeri yang gemah ripah loh jinawi. Dimanakah kekayaan Indonesia, sehingga banyak rakyatnya yang masih berada dalam garis kemiskinan sementara menurut dompett dhuafa, di penghujung tahun ini sebuah majalah ekonomi internasional merilis 40 orang terkaya Indonesia. Yang mengejutkan, total kekayaan 40 orang tersebut mencapai 10,3 persen dari PDB Indonesia, setara dengan Rp 710 triliun atau setengah dari APBN 2011. Fakta ini sangat menyedihkan, karena secara vulgar menampakkan jurang kesenjangan yang sangat lebar antara kelompok si kaya dan jumlah masyarakat miskin di Indonesia. Bahwa kekayaan dan perputaran uang di bangsa ini sebagian besar hanya dikuasai sekelompok orang tertentu saja.

Marilah kita contoh Khalifah Umar bin Abdul Aziz .  Sang Khalifah berkata kepada istri dan anaknya : “Aku termenung dan terpaku memikirkan nasib para fakir miskin yang sedang kelaparan dan tidak mendapat perhatian dari pemimpinnya. Aku juga memikirkan orang-orang sakit yang tidak mendapati obat yang memadai. Hal yang sama terpikir olehku tentang orang-orang yang tidak mampu membeli pakaian, orang-orang yang selama ini dizalimi dan tidak ada yang membela, mereka yang mempunyai keluarga yang ramai dan hanya memiliki sedikit harta, orang-orang tua yang tidak berdaya, orang-orang yang menderita dipelosok negeri ini, dan lain sebagainya”.

Dari Khalifah Umar bin Abdul Aziz, kita belajar bagaimana seriusnya beliau mengelola zakat. Sehingga tidak ada rakyat yang mau menerima zakat karena negara sudah makmur dan tercukupi . Bukan tidak mungkin metode beliau diterapkan di Indonesia. Kita perlu pemimpin yang mencintai rakyat, tidak bermewah-mewahan sementara rakyatnya kekurangan, memilih pejabat negara yang jujur dan mengutamakan kepentingan rakyat serta mendirikan Baitul Mal untuk mendistribusikan zakat dan kekayaan negara pada rakyat yang membutuhkan. Agar pendistribusian zakat merata, diperlukan Baitul Mal yang terpusat dari pemerintah hingga desa. Agar tidak ada penyelewengan, diperlukan Amil Zakat yang jujur dalam mengelola dana zakat. Dana zakat diperuntukkan salah satunya untuk fakir miskin atau kaum dhuafa. Dana zakat ini bisa dikelola menjadi modal usaha. Dengan tetap di awasi dan diarahkan oleh Baitul Mal, modal usaha ini bisa dikembangkan sehingga kaum fakir miskin/dhuafa yang awalnya mustahik (penerima zakat) meningkat taraf kehidupannya dan menjadi muzakki (pemberi zakat). Dengan menjadi muzakki, masyarakat yang sebelumnya adalah fakir miskin/dhuafa menjadi mandiri secara ekonomi. Bisa mencukupi kebutuhan hidupnya termasuk mengurus masalah kesehatan, dari menjaga kesehatan hingga memiliki biaya untuk berobat saat sakit. Kita beruntung sejak 4 September 1994, Yayasan Dompet Dhuafa didirikan dan tahun 2001 dikukuhkan sebagai Lembaga Amil Zakat tingkat nasional. Lembaga nirlaba ini mengumpulkan dana dari masyarakat dalam bentuk zakat, infak, shadaqah untuk berbagai program kemanusiaan seperti kesehatan, pendidikan , bantuan bencana dan juga ekonomi. 
Pemerintah, melalui Departemen Kesehatan pun banyak mengeluarkan kebijakan seperti adanya JAMKESMAS, JKN, dan jaminan perlindungan kesehatan lainnya untuk membantu masyarakat mendapat perlindungan kesehatan yang baik.

Dalam sistem pemerintahan, kesehatan bukan cuma tanggung jawab satu pihak karena dalam negara satu masalah saling terkait. Misalnya demam berdarah yang timbul akibat banjir dimana-mana. Perlu dikaji, apakah banjir berasal dari bencana alam, atau timbunan sampah karena perilaku masyarakat yang kurang bersih, atau tata kota yang perlu dibenahi. 

Kesehatan adalah nikmat yang paling istimewa dan besar yang telah allah SWT berikan kepada hamba-hambanya karena jika nikmat sehat telah di cabut oleh Allah SWT maka harta benda kita menjadi tidak bernilai. Dengan kesehatan kita dapat dengan mudah melakukan ibadah, bekerja serta memberikan kontribusi kepada Agama, keluarga dan masyarakat banyak, sebab itu sudah seharusnya kita mensyukuri dengan selalu meningkatkan kualitas ibadah setiap saat.

Terkait dengan ini Rasulullah SAW bersabda, ”Barang siapa yang badannya sehat dan hidup aman di tengah masyarakatnya serta memiliki makanan untuk hari itu, maka seolah-olah dunia seisinya telah diberikan kepadanya.” (Riwayat At-Tirmidzi). 
Sehat adalah nikmat terbesar setelah nikmat iman. Rasulullah SAW bersabda,”Mohonlah kepada Allah kesehatan ( keselamatan ). Sesungguhnya karunia yang lebih baik sesudah keimanan adalah kesehatan (keselamatan).( Riwayat Ibnu Majah Apalah artinya harta melimpah jika tubuh terbaring sakit, tak ada gunanya sebanyak apapun makanan terhidang, tak ada gunanya jabatan setinggi apapun jika tidak bisa dinikmati. Sungguh, sehat adalah harapan setiap manusia. Karena sehat adalah bekal kita hidup di bumi. Sehat bukan cuma dimaknai secara fisik namun juga psikis. Karena jiwa yang sehat akan menghasilkan pemikiran yang positif, tindakan yang baik, tidak dilarang agama dan tidak merugikan sesama. 

Pengobatan gratis. Gambar dari sini


Sehat seharusnya memang milik semua. Oleh karena itu pemerintah dan masyarakat perlu saling mendukung dalam mewujudkannya melalui sosialisasi gaya hidup sehat, lingkungan yang bersih, dan pelayanan kesehatan yang baik. Baik dalam arti pelayanan maupun fasilitas. Ada sehat ada sakit. Keduanya saling berpasangan. Sehat dan sakit adalah ketentuan dari Allah. Saat sakit datang, tentunya perlu usaha untuk mengobati. Namun bagaimana jika kaum miskin seperti ratna dan dhuafa yang lain mengalaminya serta tidak memiliki biaya untuk berobat? Jangan lagi ada istilah "orang miskin tak boleh sakit di negeri ini". Mari bergandengan tangan saling membantu karena kita semua perlu sehat. Salah satunya dengan mensosialisasikan gerakan hidup sehat yang bisa dilakukan melalui blog . Dengan jangkauan internet yang makin meluas, blog dapat menjadi sarana komunikasi dan juga informasi bagi masyarakat.

Selamat Hari Kesehatan Nasional
Semoga bukan sekedar seremonial tahunan, namun kesehatan masyarakat bisa diwujudkan di negeri ini.

Komentar

Postingan Populer